Pada unjuk rasa diikuti sejumlah anggota Koperasi Betik Gawi di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta Pemerintah Kota Bandar Lampung, pada Senin, 9 September 2024, terdengar orator di hadapan masa menuntut pengembalian hak tabungan yang tersimpan di koperasi mencapai Rp100 miliar.
Angka Rp100 miliar tersebut berulang kali disebutkan koordinator aksi, Azimah, pada unjuk rasa di hari tersebut. Sehingga, sejumlah pewarta media yang melakukan tugas jurnalistik di dua tempat itu, mengutip pernyataan Azimah dan menjadikan nilai Rp100 miliar sebagai headline di sejumlah media di Lampung.
Namun, pernyataan yang menyebutkan bahwa hak tabungan anggota yang tersimpan di koperasi mencapai Rp100 miliar, dibantah tegas oleh Ketua Koperasi Betik Gawi Bandar Lampung Joko Purwanto. Menurut dia, pernyataan itu tidak benar dan tidak berdasar karena tidak memiliki sumber yang jelas.
“Rp100 miliar,” tanya dia seraya terheran yang kemudian ia menyampaikan bahwa hal itu sangat tidak berdasar. Orang yang mengucap itu saya yakin tidak punya datanya dan dipastikan pula tidak benar,” lanjut Joko Purwanto secara tegas, saat dikonfirmasi media ini, Selasa, 10 September 2024.
Menurut dia, para pengunjuk rasa sekaligus yang merupakan anggota koperasi berjumlah 272 pensiunan guru dan kepala SD di Bandar Lampung, hanya memiliki simpanan tabungan pensiun rata-rata Rp8,9 juta per orang. Angka itu, lanjutnya, didapat dari perhitungan selama anggota menabung di koperasi.
“Semua tabungan pensiunan anggota koperasi per orang yang kemarin melakukan unjuk rasa semuanya hampir sama yakni Rp8,9 juta. Mereka menabung sebelum pensiun sekitar 7,5 tahun, yang mana masing-masing anggota setiap bulan dipotong Rp100 per orang untuk disetorkan ke koperasi,” ujarnya.
Selain tabungan pensiun, lanjut dia, para anggota koperasi juga mempunyai simpanan lainnya, seperti simpanan wajib Rp50 ribu per bulan, tabungan haji/ umrah Rp25 ribu per bulan, dan simpanan sukarela.
“Makanya setiap anggota itu memiliki uang di koperasi bervariatif. Bila dijumlahkan mulai dari simpanan wajib, tabungan haji/ umrah, simpanan sukarela, dan tabungan pensiun, serta termasuk SHU (Sisa Hasil Usaha, Red), maka simpanan setiap anggota mencapai Rp30 juta per orang,” jelasnya.
Ia menyayangkan bahwa ada yang menyebut tabungan di koperasi mencapai Rp100 miliar. Sebab, berdasarkan data dimiliki koperasi perputaran uang yang dipertanggungjawabkan antara Rp30-Rp35 miliar.
“Jumlah ini meliputi dari simpanan tabungan pensiun dan simpanan lainnya dari seluruh anggota koperasi, serta titipan modal dari pihak ketiga,” jelas mantan Kepala SDN 2 Rawa Laut itu.
Mengetahui jumlah pasti perputaran uang di koperasi, ia meminta kepada seluruh anggota dapat menanyakan langsung kepada pengurus Koperasi Betik Gawi. Hal itu, agar tidak menimbulkan persepsi negatif di masyarakat. “Makanya kemarin saya dengar tabungan koperasi Rp100 miliar, saya senyum-senyum saja,” ujar dia.
Dari jumlah dana dimiliki koperasi tersebut, kata dia, uang yang dipinjam oleh pihak ketiga dan sampai saat ini belum dibayarkan kepada koperasi sekitar Rp6 miliar. Sementara di tangan anggota dengan kasus serupa antara Rp700-Rp800 juta. “Jumlah uang itu hingga kini macet belum dibayarkan kepada koperasi,” prihatinnya.
Sedangkan, sisa dana koperasi lainnya sedang berputar di tangan anggota maupun pihak lainnya. “Makanya siang ini setelah zuhur kami memanggil perwakilan dari pengunjuk rasa kemarin untuk dijelaskan posisi keuangan koperasi yang sebenarnya,” kata dia. (RLS)